"Memotret tanpa Jari " .apakah mungkin dilakukan? apakah bisa memotret tanpa anggota jari lain untuk menekan tombol - tombol pada kamera ? dan jawabannya adalah BISA ! . Rusidah menjawab pertanyaan - pertanyaan itu semua, seorang wanita separuh baya yang tinggal di daerah Purworejo jawa tengah ,adalah seorang fotografer amatir yang juga menderita Tuna daksa .Lahir tahun 1968, Rusidah sudah mulai memotret profesional sejak 1995. Rusidah kehilangan kedua tangan ketika duduk di bangku sekolah dasar. Namun kata putus asa tidak pernah berada dalam kamusnya.
Rusidah seolah tak ingin lagi bicara soal tangannya. Sekarang dia hanya berpikir bagaimana mengisi hidupnya ke depan.Setelah menamatkan sekolah menengah pertama (SMP), Rusidah yang lahir dari keluarga biasa masuk panti rehabilitasi penyandang cacat di Solo, Jawa Tengah. Meski tak dikaruniai kedua tangan, ia justru memilih menekuni fotografi sebagai profesinya. Namun, karena tidak lagi punya jari tangan, Rusidah terpaksa
memodifikasi sendiri kameranya.Tekad dan semangatnya menjadi fotografer justru mendatangkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Beberapa kali Rusidah menerima bantuan peralatan fotografi dari pemerintah setempat.Kamera yang kini dipakai Rusidah adalah pemberian Pemerintah Daerah Purworejo pada 1995. Berbekal bantuan stimulan itulah profesi Rusidah sebagai fotografer dimulai. Sejak itu masyarakat tahu kiprahnya.Berbekal kamera bantuan pemerintah Kabupaten Purworejo, waktu itu Rusidah memotret dengan kamera film. Jasa fotografi Rusidah terbagi menjadi 2 paket, per foto seharga Rp 5 ribu dan per paket 30 foto ukuran 4R seharga Rp 150 ribu termasuk album.
Sekarang Rusidah sudah berbekal kamera digital Canon EOS 550D dan flash Canon Speedlite 430EX II. “Saya mulai motret sejak pakai kamera film. Sudah beberapa merk kamera pernah saya pakai,” papar Rusidah, sembari menunjukkan album-album hasil karyanya. Uang terbanyak diperolehnya dari jasa memotret pada saat karnaval tingkat kampung, selain dari jasa memotret resepsi pernikahan. “Saya ingin punya studio foto,” ungkapnya.Selain menerima panggilan untuk mengabadikan berbagai momen penting seperti pernikahan dan acara-acara di lingkungan kantor pemerintahan, Rusidah juga mengelola studio kecil, di rumahnya di Desa Botorejo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo – Jawa Tengah.Rusidah bukan hanya lihai mengoperasikan kameranya. Ia juga mampu melaksanakan berbagai tugas sehari-hari di rumah. Termasuk mempersiapkan anak semata wayangnya Nugroho berangkat sekolah.Maklum rumahnya yang sederhana dan berlantai tanah tidaklah representatif untuk usahanya ini. Juga dukungan finasial sang suami sebagai tukang es keliling tak kunjung mencukupi. Tapi ibu satu anak inipun tak pernah putus asa, ia terus bekerja, dan berjuang mewujudkan mimpinya.
Fotografer ini banyak menginspirasi saya tentang bagaimanannya perjuangan seorang Tuna Daksa dalam dunia fotografi , dia tidak terhalang oleh apapun dan tidak malu ataupun canggung dalam mengexpresikan hasil karyanya . "Inilah hasil karya saya , bagaimana denganmu ? " (owlofi) . ya walaupun saya beda genre dengan Rusidah , paling tidak saya juga ikut berkecimpung didunia fotografi .mungkin tidak sedikit yang malu dengan hasilnya sendiri , So itu hasilmu dan mari kita share kepada semua orang yang masih mampu merasakan rasa seni dan kita tanamkan didalam otaknya .
Source picture
Tidak ada komentar:
Posting Komentar